Expert Tips: Kandungan Skincare yang Tidak Boleh untuk Ibu Hamil, Wajib Tahu!
Saat hamil, ibu perlu lebih selektif dalam memilih skincare, karena beberapa kandungan bisa berdampak negatif pada janin. Hal tersebut karena beberapa bahan aktif dapat diserap kulit sehingga meningkatkan risiko terhadap perkembangan bayi. Sayangnya, masih banyak produk di pasaran yang mengandung zat berbahaya tanpa disadari oleh penggunanya.
Agar tetap bisa merawat kulit tanpa khawatir, penting untuk mengetahui kandungan skincare yang harus dihindari selama kehamilan serta mencari alternatif yang lebih aman. Dengan memilih produk yang tepat, ibu hamil tetap bisa menjaga kesehatan kulit tanpa membahayakan janin.
Lalu, apa saja kandungan skincare yang sebaiknya dihindari selama kehamilan? Simak daftar lengkap kandungan skincare yang tidak boleh untuk ibu hamil berdasarkan pandangan dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE, seorang ahli di bidang dermatologi, venereologi, dan estetika.
Profil Dokter :
“dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE, adalah seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang praktik di RSIA Tambak. Beliau dapat memberikan layanan konsultasi kesehatan kulit dan kelamin.
dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE, menyelesaikan pendidikan spesialis dermatologi dan venereologi di Universitas Indonesia. Selain itu, beliau juga tergabung dalam organisasi profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).”
1. Retinoid (Retinol, Retinyl Palmitate, Tretinoin, Isotretinoin)
Dikenal juga sebagai Retin-A dan Retinyl Palmitate, Retinol merupakan bentuk vitamin A sintetis yang digunakan untuk mengatasi masalah kulit khususnya jerawat dan sebagai anti aging. Namun, semasa kehamilan, penggunaannya dianggap mengkhawatirkan sebab dapat menyebabkan sindrom retinol janin dengan hasil malformasi kongenital.
Menurut National Organization for Rare Disorders, manifestasinya dapat mencakup keterlambatan pertumbuhan, malformasi tengkorak dan wajah, serta kelainan sistem saraf dan jantung.
Sebagai alternatif, gunakan Glycolic atau Oleic Acid untuk mengatasi permasalahan jerawat. Namun, apabila Retinol digunakan untuk manfaat anti penuaan, sebaiknya penggunaan dihentikan sesaat.
2. Oxybenzone
Sunscreen kimia umumnya meramu Oxybenzone sebagai UV filter dengan cara diserap oleh kulit, sayangnya bahan ini menjadi kandungan selanjutnya yang harus dihindari ibu hamil. Zat kimia ini dapat mengganggu hormon ibu hamil sehingga memengaruhi kesehatan janin. Pelarangan ini juga diikuti sejumlah penelitian yang menyatakan:
-
Dari Journal of the Endocrine Society (2018), paparan Oxybenzone selama kehamilan menyebabkan perubahan permanen pada kelenjar susu dan laktasi.
-
Penelitian lainnya mengaitkan zat kimia tersebut dengan kerusakan janin permanen yang mungkin terkait dengan perkembangan kondisi neurologis di masa dewasa, seperti skizofrenia dan penyakit Alzheimer.
-
Bersama dengan Avobenzone, keduanya dikaitkan dengan obesitas infantil, obesitas anak, ADHD, dan efek perkembangan pada sistem saraf.
-
Oxybenzone, banyak dikaitkan dengan penyakit Hirschsprung pada bayi, suatu kondisi yang memengaruhi usus besar dan menyebabkan kesulitan buang air besar.
Selama masa kehamilan, sangat dianjurkan untuk beralih ke sunscreen mineral yang mengandung bahan-bahan seperti Titanium Dioxide dan Zinc Oxide yang membuat lapisan pelindung di atas kulit sehingga lebih aman digunakan.
3. Paraben
Bukan hanya saat hamil, Paraben sudah seharusnya dihindari dalam skincare harian. Paraben digunakan sebagai pengawet dalam kosmetik, skincare, sampai obat-obatan. Ia dikenal sebagai pengganggu endokrin dan para peneliti menemukan bahwa paparannya memungkinkan terjadinya ansietas post partum pada ibu dan kecenderungan obesitas pada balita. Dalam berbagai produk kecantikan dan kulit, Paraben seringkali disebut juga: Propil, Butil, Isopropil, Isobutil, dan Metil.
4. Phthalates
Serupa dengan Paraben, Phthalates atau Ftalat juga bahan kimia pengganggu endokrin penyebab ansietas post partum pada ibu dan kecenderungan obesitas pada balita. Zat ini banyak ditemukan dalam bentuk produk wewangian, seperti parfum dan pengharum ruangan. Fungsinya digunakan sebagai pelarut untuk membantu aroma wewangian terdistribusi dengan baik dan fiksatif agar aroma wewangian bertahan lama.
Selain wewangian, kosmetik merupakan sumber utama paparan ftalat. Ftalat yang paling umum ditemukan dalam produk kecantikan adalah Dietil Ftalat (DEP). Ftalat yang umum ditemukan dalam kemasan plastik juga dapat meresap ke dalam produk perawatan pribadi.
5. Tetracycline
Tetracycline adalah salah satu antibiotik oral ataupun oles yang biasa diresepkan untuk mengatasi jerawat parah, tetapi untuk ibu hamil sebaiknya hindari, ya. Dari National Library of Medicine, penggunaan obat Tetracycline dapat mengakibatkan gangguan pengerasan tulang dan gigi, memperlambat pertumbuhan tulang janin, dan perubahan warna gigi bayi ke abu-abu atau menguning secara permanen (memasuki trimester kedua).
Sebagai gantinya, ibu hamil bisa mempertimbangkan antibiotik topikal lain yang lebih aman seperti Eritromisin atau Klindamisin. Keduanya lebih direkomendasikan oleh ahli karena dinilai memiliki risiko yang jauh lebih rendah terhadap janin.
6. Hydroquinone
Terkadang ibu hamil mengalami permasalahan hiperpigmentasi seperti melasma atau kloasma dan Hydroquinone adalah salah satu bahan aktif efektif dalam mengatasi pigmentasi yang justru perlu dihindari.
Produk resep ini kebanyakan dilarang karena masalah toksisitas. Meskipun belum banyak penelitian mengaitkan Hydroquinone dengan efek samping tertentu, bahan ini termasuk cepat sekali diserap aliran darah, persentasenya mencapai 35% sampai 45% lebih cepat dari bahan aktif lainnya. Statusnya yang masih abu-abu ini yang akhirnya disepakati pembatasan penggunaan selama kehamilan.
7. Asam Beta Hidroksi (BHA)
BHA memperpanjang daftar bahan aktif yang perlu dihindari oleh ibu hamil. BHA dapat menangani kondisi kulit psoriasis begitu juga jerawat. Asam Beta Hidroksi meliputi:
-
Asam Salisilat (Salicylic Acid).
-
Asam 3-hidroksipropionat (3-hydroxypropionic Acid).
-
Asam Tretokanat (Trethocanic Acid).
-
Asam Tropik (Tropic Acid).
Dari keempat macam BHA, Asam Salisilat menjadi jenis paling umum untuk mengobati jerawat karena kemampuan anti peradangannya yang mirip dengan aspirin. Namun, sebuah studi tahun 2013 menyimpulkan bahwa produk yang mengandung asam salisilat dosis tinggi, harus dihindari selama kehamilan. Meski demikian, topikal dosis rendah aman digunakan sesuai anjuran dokter.
8. Dihidroksiaseton (DHA)
Bahan aktif dalam produk tanning adalah Dihidroksiaseton (DHA). Meskipun hanya sebagian kecil (sekitar 0,5%) yang diserap oleh kulit, para peneliti mengatakan menghirup produk tanning semprot merupakan risiko paparan yang lebih signifikan selama kehamilan. Karena penghirupan menghasilkan konsentrasi darah yang lebih tinggi, sebaiknya hindari produk ini saat hamil.
Baca Juga: 8 Sunscreen yang Aman Untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Ini Kriterianya!
Kenapa Ibu Hamil Harus Waspada dalam Memilih Skincare? Ini Dampaknya!
Saat hamil, perubahan hormon membuat kulit jadi lebih sensitif. Akibatnya, kulit cenderung lebih mudah mengalami iritasi, kemerahan, atau bahkan alergi saat terkena bahan aktif tertentu dalam skincare.
Selain itu, beberapa kandungan skincare bisa terserap ke dalam tubuh dan masuk ke aliran darah. Ini yang menjadi perhatian utama, karena ada risiko bahan-bahan tersebut memengaruhi tumbuh kembang janin di dalam kandungan.
Beberapa zat kimia tertentu bahkan dikaitkan dengan potensi gangguan perkembangan jangka panjang, seperti masalah pada sistem saraf atau hormonal bayi. Oleh karena itu, penting untuk tidak sembarangan memilih produk perawatan kulit selama kehamilan.
Yang juga perlu diluruskan, tidak semua skincare berbahan alami otomatis aman untuk ibu hamil. Beberapa ekstrak tumbuhan tetap bisa memicu reaksi negatif atau belum cukup terbukti keamanannya secara klinis.
Tips Memilih Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil
Langkah pertama yang paling simpel adalah selalu periksa label produk sebelum membeli. Hindari bahan-bahan seperti Retinoid, Salicylic Acid dosis tinggi, atau Paraben yang berpotensi membahayakan janin.
Pilihlah skincare dengan klaim “Hypoallergenic” dan “Dermatologically Tested” karena umumnya sudah melalui uji klinis dan minim risiko untuk kulit sensitif ibu hamil.
Kalau ragu, selalu lebih baik berkonsultasi dulu dengan dokter atau dermatolog sebelum mulai pakai produk baru, apalagi yang mengandung bahan aktif.
Sebagai alternatif, kamu bisa pilih produk berbahan alami yang telah terbukti aman secara klinis, seperti aloe vera, chamomile, atau squalane dari tumbuhan. Selain lebih lembut di kulit, bahan-bahan ini juga punya efek menenangkan yang cocok untuk kondisi kulit saat hamil.
Kehamilan adalah masa yang penuh kehati-hatian, termasuk dalam memilih produk skincare. Dengan mengenali berbagai kandungan yang sebaiknya dihindari, ibu hamil dapat lebih tenang dalam merawat kulit tanpa harus mengorbankan kesehatan janin. Selalu utamakan keamanan dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli sebelum mencoba produk baru. Merawat diri selama kehamilan tetap bisa dilakukan dengan bijak, asalkan kita tahu mana yang aman dan mana yang perlu dihindari.